KREATIVITAS SENI DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
Kreativitas, sembarang kretivitas, adalah proses pengungkapan yang akan melahirkan satu inovasi. Inovasi itu, karena ditemukan oleh manusia yang hidup bermasyarakat, berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Demikianlah dengan kretifitas kesenian.
Pada waktu kreativitas kesenian kita tidak lagi mengacu kepada komunitas kecil, harus bagaimanakah kreativitas kesenian itu? Mengacu kepada komunitas besar yang disebut kota, yang sekarang cenderung untuk melalap desa itu?.
Akan tetapi sebaliknya, membiarkan komunitas-komunitas kecil itu yang sudah sarat dengan penduduk yang berlebihan dan tanah garapan yang kekurusan, memelihara kreativitas-kretivitas seni kecil-kecil yang bila toh mencapai suatu tingkat virtuositas, maka virtuositas dari kesenian kerdil? Ini mengingatkan kepada tesis Clifford Geertz tentang pertanian di Jawa, yang memang telah mencapai satu virtuasitas yang tinggi tetapi yang harus muspra (mubazir-bob.) karena mesti dihimpit oleh penduduk yang berdesak-desak dan sumber alam yang makin mengurus hingga tercapai suatu keadaan yang disebutnya sebagai “involusi pertanian”. (Geertz, 1963).
Mungkin keadaan beginilah yang menjelaskan berbagai potret kesenian kita dewasa ini: kesenian kontemporer “Indonesia” yang sangat elitis, kesenian rakyat daerah yang sangat terpencil, kesenian “klasik” kraton yang bergesar menjadi kesenian salon yang mengelus elit.
Sudah waktunya kreativitas kesenian dipahami dalam konteks perkembangan masyarakat.
Sudah waktunya “strategi pengembangan kesenian” mengacu kepada kaitan kreativitas seni dengan perkembangan masyarakat.
Di rangkum dari;Seni, Tradisi, Masyarakat
Buku : Umar Kayam
Perlu ada sebuah ruang publik yang mampu mengingatkan kembali bahwa betapa kayanya kesenian kita;betapa melimpahnya kreativitas yang berkembang di masyarakat kita.
Harus ada solusi menyikapi keadaan seperti ini, maka kehadiran sebuah ruang publik yang bisa menjadi central lintas informasi kesenian daerah, sangat penting adanya. Masyarakat akan lebih mudah mendapatkan informasi, kemudian para pengkarya akan semakin mudah mengembangkan keseniannya.
“Wadah seni” menjadi jawaban kegelisahan kita. Central kesenian yang dibuat sedemikian rupa untuk dijadikan pusat informasi, pengembangan kesenian daerah.
Ruang independent bersifat konservatif serta inovatif yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai media produksi dalam peningkatan nilai-nilai luhur kesenian;BUKAN RUANG KAMPUNG BUDAYA YANG BERGANTI FUNGSI MENJADI BIOSKOP.
Bob Ujo,* Ketua Masyarakat Sejarah Kendan
Rahayu
BalasHapus